Profil Desa Ambarwinangun
Ketahui informasi secara rinci Desa Ambarwinangun mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Ambarwinangun, Kecamatan Ambal, Kebumen, merupakan wilayah agraris strategis dengan potensi pertanian yang subur dan kehidupan sosial budaya yang aktif. Menghadapi tantangan pembangunan infrastruktur regional, desa ini terus berupaya mengoptimalkan p
-
Pusat Agraris dengan Struktur Sosial yang Kuat
Desa Ambarwinangun merupakan desa agraris yang subur di Kecamatan Ambal, ditopang oleh sistem irigasi teknis. Kehidupan masyarakatnya terorganisir dalam enam pedukuhan dengan tradisi sosial yang solid seperti perayaan komunal Hari Kemerdekaan.
-
Potensi Ekonomi yang Belum Tergarap Maksimal
Meskipun kaya akan hasil bumi seperti padi, kelapa, dan bambu, potensi ekonomi desa belum dioptimalkan. Sebagian besar hasil alam masih dijual mentah, menandakan perlunya pengembangan UMKM untuk meningkatkan nilai tambah produk lokal.
-
Di Persimpangan Pembangunan Infrastruktur
Masa depan desa menghadapi ketidakpastian signifikan akibat rencana pembangunan jalan tol Yogyakarta-Cilacap yang berpotensi melintasi wilayahnya, memunculkan tantangan terkait pembebasan lahan produktif dan dampak sosial bagi masyarakat.

Desa Ambarwinangun, sebuah wilayah yang terletak di Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, menampilkan profil sebagai kawasan agraris yang mapan dengan dinamika sosial yang kental. Berada di jalur pesisir selatan Jawa, desa ini tidak hanya menggantungkan hidup pada kesuburan tanahnya, tetapi juga tengah menghadapi tantangan dan peluang dari proyek pembangunan strategis nasional, yakni rencana pembangunan jalan tol Yogyakarta-Cilacap yang berpotensi melintasi wilayahnya. Kondisi ini menempatkan Ambarwinangun di persimpangan jalan antara tradisi pertanian dan arus modernisasi infrastruktur.
Secara geografis, Desa Ambarwinangun berada pada koordinat 7°44′54″S 109°45′28″E. Wilayah ini memiliki struktur pemerintahan yang aktif dan melayani masyarakat di enam pedukuhan (dusun), yang meliputi Leter Lor, Leter Tengah, Leter Kidul, Ketijahan, Kauman dan Jatibungkus. Keberadaan desa ini telah tercatat sejak lama, dibuktikan dengan adanya dokumentasi mengenai sebuah pemandian umum bernama "Ambarwinangun" pada tahun 1895, menandakan jejak historis yang panjang. Kini, desa tersebut terus berbenah, mengelola potensi yang ada sambil beradaptasi dengan perkembangan zaman yang tak terelakkan.
Geografi dan Demografi
Desa Ambarwinangun menempati lahan dengan luas wilayah yang diperkirakan sekitar 2,4 kilometer persegi. Berdasarkan data kependudukan yang tersedia, desa ini dihuni oleh 1.569 jiwa. Dengan luas tersebut, tingkat kepadatan penduduknya mencapai sekitar 654 jiwa per kilometer persegi, menunjukkan pola pemukiman yang cukup padat untuk sebuah wilayah pedesaan yang agraris.
Lokasinya di Kecamatan Ambal menempatkan Ambarwinangun dalam konstelasi wilayah pesisir selatan Kebumen. Batas-batas wilayahnya secara administratif ialah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Desa Kradenan, Kecamatan Ambal.
Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Mirit.
Sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan desa-desa lain di lingkup Kecamatan Ambal, yang dikenal sebagai salah satu lumbung pangan di Kabupaten Kebumen.
Topografi wilayah yang didominasi oleh dataran rendah dengan sistem irigasi teknis yang bersumber dari Waduk Wadaslintang menjadikan lahan di Ambarwinangun sangat produktif untuk kegiatan pertanian, khususnya padi sawah. Kedekatannya dengan jalur Daendels (Jalan Lintas Selatan Selatan) juga memberikan aksesibilitas yang memadai menuju pusat kota Kebumen yang berjarak sekitar 20 kilometer maupun ke kota-kota lain di sekitarnya.
Pemerintahan dan Tata Kelola Desa
Roda pemerintahan di Desa Ambarwinangun berjalan secara terstruktur di bawah kepemimpinan seorang Kepala Desa. Berdasarkan dokumen publikasi desa pada tahun 2021, jabatan Kepala Desa dipegang oleh Slamet S. Ghufron. Pemerintah Desa Ambarwinangun secara aktif mengelola administrasi dan pembangunan, yang salah satunya tercermin melalui situs resmi desa sebagai media informasi dan transparansi publik.
Pemerintah desa bertanggung jawab atas pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), termasuk di dalamnya Dana Desa yang diterima dari pemerintah pusat. Pada tahun anggaran 2022, Desa Ambarwinangun mengelola alokasi Dana Desa sebesar Rp755.867.000. Dana tersebut dimanfaatkan untuk lima bidang prioritas, yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat, serta penanggulangan bencana, keadaan darurat, dan mendesak desa.
Fokus utama pembangunan diarahkan pada peningkatan infrastruktur fisik seperti perbaikan jalan desa, optimalisasi saluran irigasi untuk menunjang pertanian, serta pembangunan fasilitas umum lainnya. Pada tahun 2024, salah satu wujud pembangunan yang berhasil direalisasikan ialah peresmian Balai Warga RA Kartini, yang diresmikan langsung oleh Camat Ambal. Pembangunan ini menunjukkan komitmen pemerintah desa dalam menyediakan sarana kegiatan bagi masyarakat, khususnya kaum perempuan, untuk berbagai aktivitas sosial dan pemberdayaan.
Potensi Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat
Perekonomian Desa Ambarwinangun bertumpu kuat pada sektor pertanian. Lahan sawah irigasi yang luas menjadi aset utama bagi mayoritas penduduk yang berprofesi sebagai petani. Komoditas utama yang dihasilkan ialah padi, di samping tanaman palawija, sayur-mayur, dan buah-buahan. Selain itu, potensi dari perkebunan kelapa, terutama produksi nira kelapa (bahan baku gula merah), dan pemanfaatan bambu menjadi sumber pendapatan tambahan bagi warga.
Meskipun demikian, sebuah kajian akademis dari Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Kebumen menyoroti bahwa potensi ekonomi ini belum tergarap secara maksimal. Banyak hasil alam seperti kelapa dan bambu yang cenderung dijual dalam bentuk bahan mentah, belum banyak diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi. Hal ini mengindikasikan adanya peluang besar untuk pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di bidang pengolahan hasil pertanian dan kerajinan.
Sementara Kecamatan Ambal secara umum terkenal dengan kuliner khasnya, Sate Ambal, sentra produksi utama dari sate kemasan yang telah menembus pasar nasional justru berada di desa lain, bukan di Ambarwinangun. Di tingkat desa, kegiatan ekonomi yang menonjol lebih bersifat jasa dan usaha skala kecil, seperti sebuah bengkel sepeda yang dikenal tidak pernah sepi pelanggan dan menjadi rujukan warga dari beberapa desa sekitar. Tantangan ke depan bagi pemerintah desa dan masyarakat ialah menciptakan iklim yang kondusif untuk tumbuhnya wirausaha baru yang mampu mengolah potensi lokal, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat secara lebih merata.
Kehidupan Sosial, Budaya, dan Pendidikan
Kehidupan sosial di Desa Ambarwinangun diwarnai oleh semangat gotong royong dan kebersamaan yang masih terawat dengan baik. Berbagai kegiatan komunal rutin diselenggarakan sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Salah satu tradisi yang konsisten dilaksanakan setiap tahun ialah "Rialatan Malam Peringatan 17 Agustus", yaitu acara tasyakuran dan doa bersama pada malam hari kemerdekaan, yang dilanjutkan dengan upacara bendera bersama keesokan paginya. Acara seperti ini menjadi perekat sosial yang efektif bagi masyarakat di enam pedukuhan.
Di bidang pendidikan, Desa Ambarwinangun memiliki fasilitas pendidikan dasar yang memadai, yaitu Sekolah Dasar (SD) Negeri Ambarwinangun. Keberadaan sekolah ini menjadi pilar utama dalam pemenuhan hak pendidikan bagi anak-anak di desa tersebut. Ketersediaan akses pendidikan dasar di tingkat desa memastikan bahwa generasi penerus memiliki fondasi pengetahuan yang diperlukan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pembangunan fasilitas sosial seperti Balai Warga juga menunjukkan adanya perhatian terhadap kegiatan pemberdayaan, khususnya bagi perempuan dan pemuda. Sarana ini diharapkan dapat menjadi pusat kegiatan positif, mulai dari pelatihan keterampilan, penyuluhan kesehatan, hingga kegiatan seni dan budaya yang dapat menjaga dan melestarikan kearifan lokal.
Tantangan dan Proyeksi Masa Depan
Tantangan terbesar yang kini membayangi masa depan Desa Ambarwinangun ialah rencana pembangunan megaproyek jalan tol Yogyakarta-Cilacap. Berita mengenai rencana trase (jalur) tol yang akan melintasi dan berpotensi menggusur sebagian wilayah desa telah menjadi isu krusial di kalangan masyarakat. Ketidakpastian mengenai dampak sosial dan ekonomi dari proyek ini, termasuk pembebasan lahan dan relokasi permukiman, menjadi perhatian utama pemerintah desa dan warga.
Menghadapi situasi ini, Ambarwinangun berada pada posisi yang dilematis. Di satu sisi, pembangunan infrastruktur nasional diharapkan membawa dampak positif jangka panjang bagi konektivitas dan pertumbuhan ekonomi regional. Di sisi lain, ada kekhawatiran mengenai hilangnya lahan pertanian produktif yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi warga serta tercerabutnya masyarakat dari akar sosial dan budaya mereka.
Ke depan, kemampuan Desa Ambarwinangun untuk beradaptasi akan sangat menentukan. Diperlukan sinergi antara pemerintah desa, pemerintah kabupaten, dan pelaksana proyek untuk memastikan bahwa setiap langkah pembangunan dilakukan dengan pendekatan yang humanis dan partisipatif. Selain itu, desa ini perlu terus mendorong diversifikasi ekonomi dengan memaksimalkan potensi non-pertanian, seperti pengembangan UMKM berbasis sumber daya lokal, sebagai strategi untuk membangun ketahanan ekonomi masyarakat dalam menghadapi perubahan yang tak terhindarkan.